Powered By Blogger

Mengenai Saya

Foto saya
Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
Trust me I'm the doctor gonna be... ^^

Link Page

Rabu, 08 Februari 2012

Dimanakah yg kau katakan "TUHAN" itu berada ? (Menurut Buddha)


DIMANA YANG KAU SEBUT "TUHAN" ITU SESUNGGUHNYA BERADA?

Sebagian besar umat agama di dunia menyebut YANG MUTLAK, KEKAL, ABAGI, MAHA SUCI dengan berbagai sebutan, mulai dari TUHAN, BAPA, BRAHMA, dan sebagainya sesuai apa yang agama mereka Ajarkan.

Sebelumnya Kita perlu mengetahui, terdapat 31 Alam kehidupan menurut Sang Buddha.. dimana terdiri dari 3 kaegori utama yaitu ALAM TANPA BENTUK, ALAM BENTUK, dan ALAM HAWA NAFSU..
Alam kita (alam manusia), serta alam samsara (neraka) berada di ALAM HAWA NAFSU..
Alam tertinggi dari 31 alam tersebut disebut sebagai ALAM ARUPADHATU dimana penghuninya berusia hampir kekal (tetapi sesungguhnya tidak kekal).. Makhluk di alam inilah yg sering disalahartikan sebagai TUHAN/ BAPA ALAM SEMESTA...
Lalu DIMANA YANG MUTLAK, KEKAL, MAHA SUCI, dll sesungguhnya BERADA ?
Sang Buddha telah menemukan jawabannya dan inilah kebenaran sejatinya..



DIMANAKAH “YANG-MUTLAK, YANG-TIDAK-TERCIPTA” ; “KANG-LANGGENG-TANPA-WANGENAN-TANPA-WEKASAN” BERADA ?


Pertanyaannya, “ Dimanakah letak “Yang-Mutlak, Yang-Tidak-Tercipta, Yang-Tidak-Terbentuk, Yang-Tidak-Terlahir”, “Jalan-Keluar” dari roda samsara itu berada ?” Jawabannya, “ Tidak di ke-31 Alam Kehidupan itu.”
Pada dahulu kala, para Brahmana, dan hingga kini pun ummat manusia umumnya, mengenal “Sangkan-Paraning-Dumadi” adalah sebagai “Brahma”, yaitu “Sang-Pencipta” ,“Bapa-Semua-Makhluk-dan-Alam-Semesta”. Namun, pandangan keliru itu diluruskan oleh Sang Buddha. Karena meskipun para Brahma hidup dalam usia yang sangat panjang, bahkan para Brahma diatas Maha Brahma hidup hingga 16.000 Maha Kappa ( 1 Maha Kappa = 4 Asankheyya Kappa, 1 A.K = 20 Antara Kappa ( 1 pangkat 14 tahun ( angka 1 diikuti 140 angka nol ) , 1 Kappa = 1 “world-cycle”, 1 siklus hidup alam semesta ), namun mereka tetaplah : TIDAK-KEKAL. Karena merekapun kelak, ketika karma-karma baiknya yang menyebabkan mereka terlahir di alam tersebut telah habis, mereka akan bertumimbal lahir ke alam-alam lain diantara ke-31 alam kehidupan tersebut. Dan yang tidak-kekal, bukanlah “Yang-Mutlak”, karena “Yang-Mutlak”,adalah “Kekal-Abadi”.
Lalu, apakah “Yang-Mutlak” itu adalah di Arupadhatu ? Juga tidak. Karena, makhluk-makhluk Arupadhatu juga tidak-kekal, mereka kelak juga akan bertumimbal lahir di antara salah satu dari ke-31 alam kehidupan tersebut.
Ilusi mengenai kekekalan dan keabadian alam para Dewadari alam Kamadhatu, hingga Rupadhatu dan Arupadhatuadalah karena usia mereka yang sangat panjang, terutama mulai Para Brahma dari Rupadhatu hingga Arupadhatu yang bisa melampaui jutaan-tilyun bahkan maha jutaan-trilyun tahun, sedangkan manusia paling lama hanya hidup dalam masa 100 tahun ( Untuk saat ini, akan tetapi, dalam suatu masa dimana moralitas terjaga dengan sangat baik, manusia mampu hidup hingga delapan puluh ribu ( 80.000 ) tahun ) . Karena manusia membandingkan usia mereka yang pendek dengan usia para Dewa apalagi jika dibandingkan dengan para Brahma dari Rupadhatu hinggaArupadhatu, maka manusia keliru menyimpulkan :
“ hidup dialam manusia tidak-kekal , “mung-mampir-ngombe”, tetapi hidup di surga adalah kekal, “Sungguh berbahagia bila kita bisa berada diatas pangkuan BAPA  !” .
Sebegitu gelapnya pandangan manusia. Hingga suatu masa lahirlah seorang Samma-Sambuddha, yang mampu menembus semua hakekat, mampu menembus Kebenaran-Sejati, dan menyatakan, bahwa “Yang-Mutlak”, bukanlah di ke-31 alam kehidupan itu. “Yang-Mutlak” ini, tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata,karena saat semua fenomena telah lenyap, maka tidak ada satu katapun yang dapat mengungkapkannya. Itu adalah : NIRVANA ( Pali :Nibbana ).
Sehingga, masihkah ada yang percaya diri telah mengenal“Yang-Mutlak” ? Karena, paling jauh umumnya manusia hanya mengenal “Tuhan” , dari alam Kamadhatu hingga“Brahma” di alam Rupadhatu, yang kemudian dikenal dengan “Bapa-Segenap-Alam-Semesta”. Apapun sebutannya ( karena bervariasi, sesuai latar belakang budaya dan agama masing-masing ), tapi apa yang mereka pahami baru sebatas itu. Karena, “Yang-Mutlak”ini bukanlah “makhluk”, sedangkan yang umumnya dikenal oleh para spiritualis adalah makhluk, yang meskipun mereka tidak mampu menggambarkannya, tapi tetap merupakan sesosok makhluk, yang bisa berbicara, yang bisa memberi wangsit, yang bisa memberi perintah, yang bisa memberi larangan, yang bisa memberi hadiah, yang bisa memberi hukuman. “Yang-Mutlak” adalah “Tidak-Berbentuk”, “Tidak-Tercipta”, dan yang sedemikian ini“Tidak-Bicara”, “Tidak-Marah”, “Tidak-Memberi”, “Tidak-Menghukum”.
Inilah jati-sejati-jatinya “Tan-Kena-Kinaya-Ngapa”, “Kang-Langgeng-Tanpa-Kawitan-Tanpa-Wekasan”.Jauh melampaui Dewa, jauh melampaui Brahma, jauh melampaui sosok “makhluk” yang tidak kelihatan yang seperti apapun yang bisa diimajinasikan oleh manusia, yang disebut “Tuhan”. Yang-Mutlak , Yang-Tak-Tercipta tersebut “Tak-Berbicara”, “Tak-Berbuat”, “Tak-Berbentuk”, “Tak-Memberi”, “Tak-Menghukum”, ia adalah : “ANATTA”, tanpa “AKU”, bukan “AKU”, bukan pula “AKU adalah AKU”. Karena “AKU” dan “AKU adalah AKU” masih bisa bicara, dan yang bicara adalah “Berbentuk”. “Berbentuk” bukanlah“Yang-Mutlak”, dan yang “Tak Mutlak” itu tak kekal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Followers